Polres Sidrap Tangani Kasus Pencurian Peralatan Tsunami, BMKG: Ancaman Mematikan Mengintai
SIDRAP, RAKYAT NEWS – Aksi pencurian dan perusakan alat monitoring gempa bumi serta peringatan dini tsunami yang berada di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel) kini tengah ditangani pihak kepolisian.
Kepolisian Resort Sidrap melakukan penyelidikan setelah menerima laporan resmi mengenai kejadian tersebut.
Kapolres Sidrap, AKBP Fhantry Taherong, menyatakan sangat prihatin dengan insiden ini. ” Tentunya kami prihatin, dan kejadian ini sudah dilaporkan, saat ini anggota dilapangan sedang melakukan lidik, yang dilaporkan hilang adalah aki/ Batrei Lithium dan Panel tenaga surya,” ungkap polisi nomor 1 di jajaran Polres Sidrap tersebut, Ahad, 16 Februari 2024.
Pihak kepolisian berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini demi menjaga keselamatan masyarakat.
Alat yang dicuri meliputi baterai lithium dan panel tenaga surya yang digunakan untuk mendukung sistem deteksi gempa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa pencurian ini berpotensi menurunkan akurasi peringatan dini bencana. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan bahwa tanpa sensor gempa yang berfungsi dengan baik, kemampuan BMKG dalam memberikan informasi gempa dan tsunami akan terhambat.
Daryono juga menjelaskan bahwa Sulawesi Selatan, termasuk Sidrap, adalah daerah yang rawan terhadap gempa bumi mematikan karena terletak di jalur patahan aktif Sesar Walanae.
Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional (Pusgen) 2017, Sesar Walanae merupakan sesar regional yang dapat memicu gempa dengan kekuatan hingga magnitudo 7,1. Maggoccang.
Beberapa kawasan di Sulsel, seperti Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Parepare, memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat Sesar Walanae. Selain gempa, wilayah tersebut juga berpotensi mengalami dampak lainnya, seperti longsor, runtuhan batu, dan likuefaksi. Hal ini semakin memperparah risiko bencana jika sistem peringatan dini tidak berfungsi dengan optimal.
Sulawesi Selatan sendiri telah mengalami gempa besar pada 29 September 1997 yang berkekuatan magnitudo 6,0. Gempa tersebut menyebabkan 16 orang meninggal dunia, lebih dari 200 rumah rusak, dan mengakibatkan kerusakan berat pada sejumlah bangunan. Selain itu, pada 11 April 1967, wilayah Teluk Mandar juga terdampak tsunami yang disebabkan oleh gempa magnitudo 6,3, menewaskan 58 orang.
BMKG mengimbau kepada seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam. Pencurian peralatan monitoring ini menjadi pengingat pentingnya pengamanan terhadap fasilitas yang dapat menyelamatkan nyawa banyak orang. Tanpa alat yang memadai, ketepatan dan kecepatan informasi bencana akan terhambat, meningkatkan risiko terhadap keselamatan masyarakat.
Keamanan peralatan vital ini harus menjadi prioritas, tidak hanya untuk mencegah pencurian, tetapi juga untuk memastikan sistem peringatan dini bencana tetap berfungsi dengan baik demi keselamatan bersama. (Uki Ruknuddin)

Tinggalkan Balasan